Sunday, December 26, 2010

My Friend Who Doesn’t Believe In God

I talked to a friend of mine yesterday. He has a religion, but I’d rather not mention what his religion is. He had told me before that he’s not practicing his religion, but only yesterday I found out that he doesn’t believe in the hereafter. Meaning-he doesn’t believe there’s heaven and hell, and he believes that when people die, life ends. That’s it.

I was dismayed to be honest. Its common to know those who don’t believe in God. But to know that there’s people who believes there’s no judgment after death is simply staggering to me.
So then the chat continues. He believes that whoever committed sins/wrongdoer and gets away from being arrested or being punish in this world is simply lucky. That’s it.

And he even said that he thinks people who told themselves “those wrongdoer that got away from being punish in this world will be punished in the hereafter” is simply making themselves assured that the wrongdoer will somehow be punished even not in this world. In which people connoted this to comfort them. As people by nature are incline to accept the fact that the sinners are not going to be punished in the hereafter. That’s it. That’s his theory.

I do still respect him as a friend. Infact, although he said he’s not practicing his religion, but he walks almost exactly what God commanded people to do. He said, its simply a moral of a person to act good or bad. Not because he knows there’s someone judging him, but he knows what will make him feel good or guilty after performing an action.

But that’s the whole point doesn’t it? In contrary, the reason why people feel satisfied or guilty after doing something is because there’s right and wrong in doing things. And what insinuates the right and wrong is simply because there’s a measurement or a weightage for the action. And from this right and wrong will then shows the result. From this result, a reward or penalty will come into picture. That’s a simple fact. A simple convention in our life. Just like the entailing ying and yang concept about all forces are interconnected and interdependent in the natural world.

I didn’t argue with him much. As I said, from knowing him, he is naturally a good person practicing the acts of what a religion requires from the followers. He’s just not aware of it. I told him, in Islam too, God never anticipated that ONLY MUSLIM is granted to go to heaven. Having a religion is not a ticket to heaven.There are a lot more than just having our religion printed in our birth certificates. More than just believing. More than just having faith. It’s a lot more that that.
God knows. God sees.
And I wont be surprised if somehow he’ll end up in heaven after he dies.

I told him although he doesn’t believe in hell and heaven, but I will see him in the hereafter after he dies and be the person to say “ I told you so”.
At least he has something to look forward to when he dies than believing nothing happens.




Dec 26th,2010
0055hrs

Saturday, December 25, 2010

Nama-Nama Nabi Yang Mungkin Antum Tidak Tahu Serta Sejarah Mereka

Abu Qosim - Nama lain nabi Muhammad

Al Aqib - Nama lain nabi Muhammad, tak ada nabi lagi sesudahnya

Al Hasyir - Nama lain nabi Muhammad, yang menghimpun manusia

Al Mahi - Nama lain nabi Muhammad, penghapus kemusyrikan

Basyar - Nama lain nabi Zulkifli (nama awal)

Danial - Nama nabi

Dzulkifli - Asal namanya ialah Basyar. Dzulkifli artinya orang yang sanggup. Nabi yang menjadi raja.

Harun - Nama nabi, kakak nabi Musa

Idris - Nama nabi, pandai baca/tulis, ilmuwan

Ilyas - Diutus kepada Bani Israil yang menyembah berhala yang bernama Ba'al

Ilyasa' - Anak Akhtub anak 'Ajus dan anak nabi Ilyas. Penerus dakwah bapaknya di kalangan Bani Israil

Ishaq - Putra nabi Ibrahim dari Isterinya yang bernama Sarah

Ishaq - Nama nabi, anak nabi Ibrahim, moyang bangsa Israil

Ismail - Nama nabi, anak nabi Ibrahim, moyang bangsa Arab

Israil - Nama lain nabi Ya'qub

Shaleh - Mendapat mu'jizat seekor unta

Syu'aib - Keturunan nabi Luth yang diutus oleh Allah ke negeri Madyan

Toha - Nama lain nabi Muhammad

Yahya - Anak nabi Zakaria. Nabi yang dipotong lehernya oleh raja zalim karena membela hukum Allah

Yasin - Nama lain nabi Muhammad, nama bapak nabi Ilyas

Yunus - Anak Mata. Nabi yang ditelan Ikan Paus besar dan selamat

Yusuf - Putra nabi Ya'qub yang tampan dan pandai menta'birkan mimpi

Zakaria - Seorang ulama besar di kalangan Bani Israil. Nabi yang mengasuh Maryam binti Imran

Wednesday, December 22, 2010

Syukur Allah Atas Musibah Ini

“Again? Why God? Why do I have to go through these obstacles endlessly?” itulah soalan pertama yang Chrysalis sering ajukan pada Allah bila saja satu musibah berlaku. Tak disedari soalan biadap ini mudah sahaja dilontarkan tanpa segan silu pada sang pencipta. Chrysalis pasti para pembaca juga pasti pernah mengutarakan persoalan yang sama pada Dia.

Penulisan kali ini banyak dikupaskan melalui penulisan-penulisan yang excellent dari majalah Solusi yang menjadikan ‘Musibah’ sebagai topik di keluarannya. Lalu Chrysalis membandingkan kupasan-kupasan penulisan-penulisan itu dalam riwayat tahun 1431H dimana Chrysalis melabelkan sebagai tahun getir dan perit selama tempoh probation dalam menjalankan 42:13 hampir lebih kurang 4 tahun kini الحمد لله.
Dari awal tahun mula Januari hingga ke penghujung Zulhijjah, kalau bisa dicuci cetak gambar-gambar waktu Chrysalis lalui perit-perit itu, mungkin mampu untuk menggambarkan betapa merundumnya perjalanan Chrysalis. Mungkin mampu untuk menceritakan secara terperinci apa yang Chrysalis lalui dalam proses cuba menjalani hidup sebagai seorang makhluk yang dipanggil insan, sebagai seorang makhluk yang dipandang insan oleh Allah. Subhanallah. Benarlah kata-kataMu:

Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
[At Taghaabun:4]

Cuma setelah meneliti penulisan-penulisan tersebut membuat Chrysalis kembali berfikir. Persoalan-persoalan ini diajukan kepada Chrysalis sendiri, dan juga elok untuk sama-sama kita fikirkan sejenak:-
1) Apakah weightage (minimum requirement) manusia melabelkan ketentuan-ketentuanNya sebagai musibah? Dan apakah pula weightage (minimum requirement) manusia untuk menkategorikan ketentuan-ketentuan itu sebagai tuah (good news or a gift)?
2) Apakah manusia dapat memikirkan ending plot atas musibah-musibah itu waktu sedang bergelut getir menempuhinya?

Disini, sekali lagi Chrysalis memeriksa internal hardisk Chrysalis yang menyimpan data-data kronologi ‘peristiwa getir’ di dalam otak fikiran Chrysalis. Nyatanya waktu menghadapi ketentuan-ketentuan itu Chrysalis terus menyalahkan Allah 100%. Nyata.

Dan tidak banyak atau boleh dikatakan sangat kabur (vague) internal hardisk Chrysalis yang menyimpan data-data kronologi- ‘peristiwa tuah’ di dalam otak fikiran Chrysalis. Lalu apa maksud ini?

Nyatanya manusia tend to keep all the bad memories deeply no matter how small we encounter the incidences. Dan manusia tend not to keep most good memories especially the small matters.
Namun ini tidaklah menjadi satu permasalahan bagi Chrysalis. Insyallah di penulisan akan datang Chrysalis akan membentangkan lebih lanjut tentang rencana mengapa manusia tend to keep bad memories and tend to forget/forego good memories especially the small ones.

Di penulisan ini Chrysalis ingin berhikayat tentang musibah. Yang menurut penulis-penulis di majalah itu musibah adalah sebenarnya satu ketentuan (fate/destine). Bukan musibah.
Kerana manusialah yang mengukur atau memberi weightage samada ketentuan yang diberikan oleh Nya adalah musibah atau tuah. Ini jawapan kepada persoalan pertama di atas.

Dan ya, menjawab persoalan kedua yang Chrysalis ajukan diatas, memang manusia amat payah untuk memikirkan relevan sesuatu ketentuan ketika detik manusia itu melalui ketentuan itu. Dan ya kini setelah ‘peristiwa-peristiwa getir’ itu Chrysalis lalui, barulah dapat Chrysalis memahami relevan mengapa si Dia memberikan ketentuan itu kepada Chrysalis.

Awal tahun ini Chrysalis lalui bermacam-macam peristiwa yang boleh dikategorikan sebagai sejarah-sejarah hitam Chrysalis dalam perjalanan 4 tahun ini. Peluru-peluru dari pihak keluarga, dia, kerja dan tuntutan hati dari perjuangan Chrysalis - bertalu-talu menembusi diri. Tak terkira berapa banyak air mata dilaburkan, tak terhitung berapa banyak caci-maki kepadaNya dihamburkan. Dan dalam menempuh peristiwa-peristiwa itu, tidak sedikit pun Chrysalis dapat memikirkan what is the significance? Tidak dapat langsung.

Pertama-Apa yang Chrysalis hanya dapat simpulkan pada waktu-waktu murung tersebut hanyalah mengandaikan bahawa apa yang berlaku itu adalah atas kesilapan Chrysalis atau orang-orang disekeliling sendiri, Chrysalis membuat andaian ‘peristiwa-peristiwa getir’itu adalah sebagai salah satu hukuman Dia pada Chrysalis. Ya barangkali. Ini adalah teori pertama Chrysalis. Tetapi ada lagi sebabnya mengapa Allah memberikan ketentuan-ketentuan tersebut.

Kedua - *Ketentuan/ujian (tuah/musibah), yang dikategorikan sebagai Kafarah. Dimana ia diberikan kepada manusia yang melakukan kejahatan dan pada yang sama juga melakukan kebaikan. Kafarah ini adalah bertujuan untuk menguji manusia tersebut dan meningkatkan darjatnya sebagai seorang mukmin.
*Rujuk Solusi 15048/05/2010 untuk mengetahui kategori-kategori ketentuan/ujian.
I totally agree with this actually.Mudah. Test=ujian. Penentunya samada manusia itu lulus atau gagal dalam menghadapi ujian tersebut.Cuma....jarang sekali manusia tahu ini adalah apa yang Allah aturkan untuk kita manusia. Payah sekali manusia yang sedang lalui kepayahan/kegetiran/kesedihan akibat ketentuan-ketentuanNya dapat sedar betapa agungnya rancangan Allah. God really works in a mysterious way we can NEVER perceive of. Never!

Ketiga-Ia mematangkan dan menguatkan kita untuk menghadapi ketentuan-ketentuan akan datang.
Benar. Ini juga antara salah satu teori Chrysalis. Mengapa Chrysalis berteori begitu? Kerana apa yang Chrysalis tempohi dapat Chrysalis paparkan sepenuhnya dihadapan otak fikiran Chrysalis. Dan Chrysalis membuat perbandingan ringkas bagaimana reaksi, respond, langkah, pemikiran dan keputusan yang Chrysalis lakukan sebelum ini dengan bagaimana diri Chrysalis kini apabila melalui lebih kurang sama ketentuan-ketentuanNya.

Ya, Dia benar-benar memberikan pelajaran kepada manusia yang sedang menggesot untuk berdiri., Dia benar-benar mentatih manusia yang sedang merangkak-rangkak meraba dalam kekaburan
Apabila lebih kurang sama ketentuan-ketentuan yang Chrysalis terima kini dengan ketentuan-ketentuan dulu, ia bagaikan sebuah ‘light bulb’. Satu prompting of my history of how I dealt with it for the first time. Kini Chrysalis bisa tersenyum malah acuh tidak acuh bila berhadapan dengan situasi sebegitu.

Dan kesimpulan dari penulisan ini, pasti ramai yang masih punya mentaliti untuk berprinsip bahawa ‘orang beriman itu pasti tertindas’. Dimana ketentuan-ketentuan yang dikategorikan sebagai musibah dianggap sebagai norma dan satu kepastian. Sesuatu yang orang beriman pasti hadapi.
Hari ini Chrysalis ingin membangkah sekeras-kerasnya kenyataan ini.
Dan hari ini juga Chrysalis memohon pada yang Esa supaya diangkut terus penyataan ini dari minda dan akal fikiran pembaca.

Nyatanya orang yang beriman itu pasti tidak akan merasa tertindas sekiranya apa yang dilakukannya dalam kehidupannya lillahitaa’ala semata.
Nyatanya orang yang beriman jika ikhlas perbuatannya, jika ikhlas langkah dan keputusan yang dibuatnya kerana Allah tidak mungkin langsung akan memikirkan dirinya tertindas.
Kerana orang beriman itu pastinya sudah mengerti binayah Allah pada umatNya:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
[Al Kahfi:28]

Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
[Al 'Ankabuut:5]

Yang dapat Chrysalis nyatakan hari ini padaNya hanyalah Terima kasih syukur dan alhamdulillah Ya Allah kerana memberikan Chrysalis musibah-musibah ini. Andaikata tidak ada musibah dalam hidup kita di dunia ini, tentu kita nanti datang pada hari kiamat tanpa membawa pahala.

….Orang yang sabar itu diganjari dengan pahala tanpa hisab
[Al Zumar:10]

Rasulullah bersabda,
“Perumpamaan orang yang beriman apabila ditimpa ujian, bagai besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilanglah karatnya dan tinggallah baiknya”

Moga penulisan kali ini dapat sedikit sebanyak menggerakkan minda dan akal pembaca untuk menjadi insan yang lebih baik dalam menghadapi kehidupan berdaulah dengan fitrah manusia yang mutlak, berpaksikan Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya.



Mula tulis:   November 2010/Zulhijjah 1431H
Tamat tulis: December 2010/Muharram 1432H

Saturday, November 27, 2010

Pemutusan Saya, Pemuasan Dia.


سم الله الرحمن الرحيم
Dalam perjalanan hidup saya selama ini, saya sedari saya didewasakan dengan satu sifat yang agak peculiar. Satu sifat yang tidak semua orang punyai, dan satu sifat yang amat jarang untuk seseorang punyai.
Sifat ini saya namakan sifat ‘terlalu memikir nilaian manusia’ ataupun saya terjemahkan sebagai ‘profound in human’s view’. Saya ringkaskan sendiri dengan acronym PHV.
Sebelum saya meneruskan perkongsian penulisan ini, eloklah saya ruaikan tentang sifat (PHV) yang saya temukan ini dengan lebih mendalam.
Apa yang saya maksudkan dengan sifat ini adalah ;
1)   Sesuatu sikap dimana kebanyakan langkah tuju, pemutusan, pemilihan, atau ketetapan yang diambil oleh seseorang individu adalah dengan berlandaskan kepada dasar nilaian manusia-manusia lain (atau saya lebih selesa memanggil manusia-manusia itu sebagai ‘mereka-mereka’).
2)    Sikap sesorangan individu yang ber-dogma-kan kepada ‘reaction’ atau ‘respond’ atau ‘perception’ mereka-mereka terhadap baik buruk sesebuah pemutusan yang bakal dilakukan.
Memang rumit. Tapi ini adalah apa yang saya temui setelah 4 tahun dikurniakan akal yang kurang lebih dapat memberi furqan yang lebih baik dari 4 tahun sebelum ini. :)
Contohnya ‘Abdullah ingin mencari kerja. Dia mempunyai lulusan SPM. Namun, dia tidak pasti akan kerja apa yang harus dilakukan. Dibenaknya ingin menjadi seorang jurutera. Itu detik hatinya. Tapi tidak disuarakan. Kalau disuarakan pun, tidak begitu ‘firm’ elaborasinya pada mengapa dia merasakan dia mahu mencuba menjadi jurutera. Kerana itu hanya ‘detik hati’. Sesuatu yang tidak pasti. Dibincang dan didengarnya pelbagai pendapat-kawan,sahabat,ibu bapa,guru,media,bahan bacaan. Dimana dari majoriti menyatakan pekerjaan sebagai akauntan lebih stabil, lebih tinggi bayaran gaji, atau kesimpulannya jadi akauntan itu adalah keputusan tepat sebagai sebuah pilihan kerjaya. Dan majoriti mengatakan pekerja jurutera adalah pekerjaan yang payah. Kerja yang tidak tentu hala tuju hidup, kerja yang tidak dapat perhatian, atau lebih mudah dikatakan disini kerja yang tak ada ‘standard’, kerja yang orang tidak pujakan, kerja yang bukan menjadi satu kayu ukur kejayaan seseorang itu.No future. No stability. Contoh…. Ini hanya contoh. Lalu, atas dasar pandangan majoriti itu, Abdullah mencuba-cuba ‘option’ akauntan sebagai ‘priority’ dalam mencari pekerjaan.’
Moga contoh diatas dapat difahami secara ringkasannya.
Jadi perkara ini disudut pandang mata kasarnya mempunyai nilai-nilai yang baik. Dimana pada beberapa hala tuju dari keputusan besar yang saya ambil adalah kebanyakkannya berdasarkan kepada PHV ini dan golongan pemberi-pemberi nasihat (mereka-mereka) tidak lain dari keluarga dan teman-teman saya, juga dari bahan-bahan telaah yang saya mungkin temukan. Pemutusan besar seperti bidang apa yang akan saya pilih waktu mengisi borang melanjut pelajaran, pemutusan untuk memilih untuk membuat pinjaman pelajaran, pemutusan untuk samada menyambung pelajaran ke peringkat ijazah atau tidak, pemutusan untuk dimana untuk bekerja, pemutusan untuk apa yang harus dipakai, apa yang harus diikut, pendek kata saya membesar dengan melakukan pemutusan berdasarkan ‘orang kebanyakan’ atau boleh dikatakan berdasarkan ‘kebiasaan’ atau ‘what is norm’.
Waktu membuat keputusan, mereka-mereka tersenyum lebar, bangga dan suka untuk merapati. Kerana keputusan-keputusan yang dibuat kebanyakkannya mengikut citarasa mereka-mereka itu. Tidak pula saya membantah atau cuba untuk memberontak. Saya mengiyakan saja waktu itu.
Namun dalam yang baik, ada juga yang buruknya. Setelah bulan berlalu, tahun-tahun berlalu, boleh dikatakan kebanyakan pemutusan-pemutusan besar dalam hidup saya tidak dapat membantu saya. Tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat atas pemutusan-pemutusan lalu. Its also called a collateral damage. Kebinasaan yang saling berkait.
Apa yang saya pilih dulu tidak berupaya untuk mencerahkan lagi masa depan saya. Lebih teruk hari-hari akan datang dapat pula saya gambarkan kesuramannya. Bahkan hingga terbayang-bayang kehancuran hidup saya sebagai seorang manusia. Waktu masalah-masalah yang bersangkutan terjadi, waktu itulah saya putarkan kembali pemutusan-pemutusan yang telah saya lakukan. Ya saya tidak boleh menyalahkan sesiapa melainkan diri sendiri kerana punyai sikap PHV ini. Atas sikap PHV ini saya lalui permasalahan yang hinggakan menuntut segala yang saya ada dibumi ini sebagai gantian. Dan atas sikap PHV ini jugalah mereka-mereka yang menasihati dan membimbing kearah keputusan-keputusan yang saya buat lalu juga menjadi si penghina, pemaki dan pembenci setia saya hari ini. Senyum lebar yang saya saksikan dulu bertukar kepada wajah kelat dan mencuka. Kalau boleh diterjermahkan dalam penulisan bolehlah saya kirakan mereka-mereka bagaikan mengharap saya tidak wujud dalam hidup mereka langsung. Ya. Hingga begitu yang saya dapat rasakan persepsi mereka-mereka itu. Perasaan hormat, sanjungan, pujian dan kisah-kisah yang mereka ceritakan kepada orang terdekat tentang saya hinggakan menganggap saya sebagai seorang lagenda dan model contoh kepada mereka untuk dicontohi- lenyap begitu sahaja.
Sekarang mereka-mereka mengelak untuk berjumpa, bersuara hambar apabila ditelefon, dan bagi yang lepas mulut lebih gemar melontarkan kata-kata yang berbaur kebencian dan kemeluatan yang amat.
Jadi, untuk membuang sikap PHV ini, saya dapat rasakan proses ini akan mengambil masa. Kerana masalah-masalah yang sedia ada sudah menanti saya. Perkara dah berlaku. Masa dahh berlalu, saya tidak boleh padam pemutusan-pemutusan lalu saya. Namun, disebalik kekesalan ini, saya juga tahu, apabila sudah diberi petunjuk, nescaya Allah ada jawapannya.
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.
[Al Kahfi:16]
Seperti yang saya nyatakan diatas, saya tidak boleh menyalahkan mereka-mereka. Kerana kuasa autonomi ada pada setiap individu. Pokok pangkalnya pemutusan-pemutusan itu atas kerelaan saya sendiri. Dan apabila kini saya sedari pemutusan berlandaskan PHV tidak dapat membawa saya kemana malah menolak saya ke jurang kebinasaan, saya harus meninggalkan mereka-mereka. Bukan meninggalkan dalam erti kata menyisihkan, memulaukan, bermusuhan atau bergaduhan. Tapi menjauhkan sedikit diri saya dari mereka-mereka untuk membuat pemutusan dengan berlandaskan kepada dasar syariat Allah semata-mata.
Seperti ayat atas, saya harus mencari tempat untuk berlindung. Menjauhkan hati saya dari kembali mendengar-dengar suara ‘nasihat’ yang tidak berpaksikan kepada syariat Allah, jalan Allah, jalur redho Allah. Dari menelan bulat-bulat pandangan dan kata-kata mereka-mereka untuk menjaga hati orang lain, apalagi jika pemutusan yang dibuat untuk mendapat kredit atau pujian atau recognition. Subhanallah. Itu semua pasti pernah berlaku sepanjang lebih 20 tahun hidup saya selama ini.

  | Fear of dejection

Itu yang menjadi kayu pengukur untuk saya membuat keputusan saya dulu.
Adakah kini saya boleh terus menjadi berani dan mengatakan “no” to everyone? Sekali-kali tidak mudah. Seperti kata-kata sahabat saya dulu,
When we are brought up learning black is the color of black. Its hard to change our perception and view to insinuate the black color is actually red. It is hard, but it is possible. “

Jadi apa-apa yang possible itu adalah satu peluang. Peluang untuk saya membaiki pemutusan-pemutusan saya selepas ini. Apalagi jika pemutusan-pemutusan itu dapat diselaraskan dengan qalam Allah, mahunya Dia, redhonya Dia.
Ya. Pasti ramai yang membenci, apalagi jika saya bercakap jujur dan menggunakan Allah sebagai satu visi saya dalam membuat pemutusan selepas ini, tapi itu sudah kepastian. We cannot cater to everyone’s desire/needs. We can avoid hurting people, but we can’t avoid to not agreeing what people want.
Harapan kali ini untuk sama-sama dimanfaatkan penulisan ringkas ini.
Moga pemutusan-pemutusan dalam hidup saya dan juga pembaca adalah berdasarkan pada prinsip asas ini, yang berasaskan “saya buat, saya setuju, saya tak setuju, saya mahu, saya tidak mahu, saya nak, saya tidak nak=kerana Allah semata.” Nescaya itulah yang akan menjadi satu titik permulaan dan perubahan tingakatan hidup kita sebagai pengemudi-pengemudi bahtera-bahtera yang sedang belayar ini.



19 Zulhijjah 1431H
2219pm

Tuesday, November 23, 2010

I learnt this year...

Being rich is not an indication dat someone is successful in life and Wearing Prada doesnt measure happiness.


-Chrysalis-
November 2010


Changes

People change either when there's an INSPIRATION or when they are in DESPERATION!



-chrysalis-
March 2010

Saturday, October 9, 2010

Persoalan dan Jawapan Solat




….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
[Al 'Ankabuut:45]



Umat Islam terutamanya bangsa Arab dikecam hebat selepas peristiwa serangan World Trade Centre, New York pada 9 Sept 2001 yang dikaitkan dengan agenda Al-Qaeda.
Apakah yang terjadi kepada umat Islam selepas itu?
Bagaimanakah pandangan dunia kepada Islam?
Dan bagaimana pula persepsi umat Islam terhadap ‘ISLAM’ sendiri?



Bangga? Malu? Sedih?



Sabda Nabi Muhammad S.A.W:
“Barangsiapa tidak dicegahkan oleh solatnya dari perbuatan yang keji dan mungkar, maka tidaklah ia bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh”

Maka, solat orang yang LALAI itu, tidaklah mencegah daripada kekejian dan kemungkaran.

Sabda Nabi Muhammad S.A.W:
“Berapa banyak orang yang menegakkan solat, memperoleh letih dan payah saja dari solat”

Dan tidaklah dimaksudkan oleh Nabi S.A.W dengan ucapannya itu melainkan orang yang LALAI!

Adapun solat..maka tidak ada padanya selain daripada zikir, bacaan, ruku’, sujud, berdiri dan duduk.
Zikir=bercakap/bermunajah sebagai lisan atas amal perbuatan seseorang itu.
Tetapi, apabila lisan dilakukan orang yang lalai/alpa=solat itu tiada maknanya baginya.
Maka, jika kata-kata pujian yang keluar dari lidah orang yang alpa,/lalai, maka apa yang dikatakanya tidaklah dituturkan dan diajukan kepada Allah, selama Dia sebenarnya tidak hadir dalam dirinya..
Ucapan=melahirkan apa yang terkandung dalam hati
Bacaan itu bagaikan sebuah ujian bagi yang bersolat.
Seperti mana ujian menahan perut/nafsu bila berpuasa,
Seperti mana ujian tubuh mengerjakan haji,
Seperti mana ujian hati dan menghadapi kesulitan mengeluarkan zakat dan melepaskan harta yang disayangi..
Maka apalah maksud “Tunjuki aku dengan jalan yang lurus” bila hati itu lalai? Apabila tidak dimaksudkan untuk merendahkan diri dan berdoa?
Dan hati orang yang lalai itu, apabila mengadap Allah, lidahnya bergerak disebabkan menghafaz sahaja..
Adapun solat..maka tidak ada padanya selain daripada zikir, bacaan, ruku’, sujud, berdiri dan duduk.

Rukuk & Sujud = Mengagungkan Allah dengan perbuatan/pergerakan.
Apabila orang yang alpa/lalai itu rukuk & sujud, maka tidaklah tinggal selain pergerakan punggung dan kepala.
Maka tidak adalah kesukaran ujian padanya..

Mengapa solat itu dikatakan sebagai tiang agama?
Mengapa solat itu didahulukan dari ibadah-ibadah yang lain seperti zakat, haji dan lain-lain?

Kerana keagungan solat itu selain menzahirkan perbuatan mengagungkan Allah, adalah kerana ditambahkan dengan memahami zikir dan bacaannya dalam solat itu.


[Al Hajj:37 ]


Makanya, sifat yang menguasai hati seseorang itulah yang akan membawanya samada menurut perintah Allah ataupun tidak.
Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya kehadiran hati itu.


Kehadiran hati adalah nyawa solat. Sekurang-kurangnya yang membuat nyawa itu tidak keluar ialah hadirnya hati itu ketika takbirratul ihram.
Maka kurang dari itu = membinasakan
Jika bertambah = semakin mengembang nyawa itu dalam segala bahagian solat.

Berapa banyaknya orang yang hidup yang tidak dapat bergerak lagi? Yang mendekati kematian..
Maka solat orang yang lalai itu, di dalam keseluruhannya selain ketika takbir, adalah seumpama orang hidup yang tidak bergerak lagi.

Kerana tiadalah bersekutu manusia tentang memahami segala erti Al-Quran dan tasbih-tasbih.
Berapa banyak pengertian-pengertian yang halus yang dipahami oleh orang yang mengerjakan solat?
Waktu sedang solat dan tidak terlintas di hatinya yang demikian sebelumnya.
Dari segi inilah, solat itu adalah pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kerana salat memberi pemahaman hal-hal, sudah pasti mencegah dari perbuatan keji!

Apabila hati itu tidak hadir ketika bermunajah dengan Raja-Diraja, maka janganlah kiranya anda menyangka ada sesuatu sebab yang lain baginya selain dari kelemahan iman.
Maka bersungguh-sungguhlah sekarang menguatkan iman itu!
[Imam Al-Ghazali]


“Kita tidak menafikan kelebihan sembahyang tarawih dan kedudukannya didalam sunnah. Namun begitu kita tidak mahu umat Islam tertipu dengan berbagai-bagai janji palsu yang menyebabkan umat Islam mengerjakan amalan-amalan kebaikan dengan mengharapkan sesuatu yang sebenarnya tidak akan diperolehinya.”
Sumber:-Mufti Terengganu, Portal JAKIM

[Al-A’raaf: 29]
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan." Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)."

Kadang-kadang hati hadir besama kata-kata dan tidak hadir bersama erti kata-kata
tersebut. Maka, melengkapkan hati dengan kata-kata yang dibacakanlah yang
membawa maksud ‘kefahaman’
Solat tanpa hati adalah seperti menerawang pada
cita-cita yang datang dari hal-hal duniawi.
∴ cara untuk menghadirkan hati
untuk bersolat dengan ikhlas adalah menjuruskan cita-cita kepada solat. Dengan
imam yang membenarkan bahawa akhirat adalah lebih baik dan kekal abadi.
[Teori Imam Al-Ghazali]






Diriwayatkan bahawa Allah S.W.T berkata pada Musa A.S:
“Wahai Musa! Apabila engkau menyebutkan zikir kepadaku, maka sebutlah akan Aku, di mana seluruh anggota tubuhmu bergerak. Dan adalah engkau ketika berzikir kepadaKu itu khusyu’ dan tenang. Apabila engkau menyebutkan akan Aku, maka jadikanlah lidahmu dibelakang hatimu! Dan apabila engkau berdiri dihadapanKu, maka berdirilah sebagaimana berdirinya seorang hamba yang hina! Bermunajahlah dengan Aku, dengan hati yang gementar dan lidah yang benar!”



Diriwayatkan bahawa Allah S.W.T berkata pada Musa A.S:
“Katakanlah Musa kepada umatmu yang durhaka, agar mereka tidak menyebutkan akan Aku! Kerana Aku telah berjanji kepada diriKu sendiri bahawa siapa yang berzikir kepada Aku, maka Aku akan ingat kepadanya. Maka apabila orang-orang yang derhaka itu menyebutkan Aku, maka Aku sebutkan mereka dengan kutukan (la’nat)”
Ini adalah mengenai penderhaka yang tidak alpa mengingatiNya. Maka bagaimana pula apabila berkumpul kealpaan dan kederhakaan???




Sahabat-sahabat gua

Bismillahirrahmannirrahim...
Sekali lagi saya terpanggil untuk menulis. Seperti yang sedia maklum, kekerapan penulisan Chrysalis bukanlah satu yang konsisten, tetapi ditulis berdasarkan keadaan tertentu yang kadang-kala sempat saya coretkan.
Tamatnya cuti 2 minggu pada Syawal 1431H baru-baru ini saya harapkan mendapat satu peluang untuk saya bertemu sahabat-sahabat gua yang lama terpisah.
Sungguh
Sungguh saya benar-benar merindui mereka.
Tidak perlu disebutkan nama mereka kerana jelas sekali mereka mengetahuinya. Cuma adakah mereka merasakan perkara yang sama wallahuallam.
Namun setelah dihubungi 2-3 sahaja yang menjawab, dan yang lain membisu. Enggan bercakap, enggan menerang dan enggan bertemu. Mulanya saya agak buntu memikirkan adakah saya telah melakukan kesilapan sehingga seolah-olah dipulau dan dihukum? Kemudian saya ketemu jawapan,
“ini adalah balasan ke atas perbuatan tangan-tangan manusia terdahulu.”
Pastinya
Kerana sikap segelintir manusia yang rakus, sahabat-sahabat gua enggan menerima saya kembali .. ya tentu .
ini fikiran iblis saya menyimpul furqan.
Saya tertanya-tanya, seingat fikiran lemah saya ini di penghujung 2009 sahabat-sahabat gua menasihati saya agar merenungkan ayat ini:-

“...Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”
[Asy Syuura:13]
Masyallah,
benar qalam Allah.
Benar perintah Allah.
Tapi manusia-manusia rakus enggan patuh. Lalu terpecah-pecah sehingga golongan-golongan sahabat gua juga terpecah-pecah. Saya setuju dengan pemberian ayat ini kepada saya. Kerana tidak pernah sekali saya ‘mengaminkan’ perbuatan-perbuatan si rakus melainkan dengan doa agar Allah menunjukkan jalan dan kesedaran kepada si perakus. Ya hampir sahaja genap setahun kini, Alhamdulillah, perakus-perakus tunduk patuh. Sesal perbuatan lampau. Tahu hukuman Allah ada juga di dunia. Pedihnya di dunia ini tidak boleh dinafikan kesannya kepada saya juga.
Mahu merubah kesan perbuatan-perbuatan tangan lalu dan kini bangkit untuk bermuamalah hanya dengan kembali merujuk surah di atas.
Namun...seperti penerangan awal saya tadi. Sahabat-sahabat gua sepi. Seperti menghukum lagi. Sepertinya mahu membalas perbuatan-perbuatan keji sang perakus lalu. Lalu untuk apa. Untuk apa dinasihati kemudian kini dibangkahi?
Demi Allah penghulu galaksi-galaksi, penyimpan rahsia-rahsia black holes dan sejarah-sejarah kabur, dan yang mewariskan muka bumi pada hambaNya...tidak pernah sekali saya memilih untuk tidak berkomunikasi dengan sahabat-sahabat gua kerana saya tahu itu bukan yang dianjurkan Rasulullah S.A.W lebih-lebih lagi dikelompok umatNya yang satu rumpun, satu matlamat.
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik r.a, khadam kepada Rasulullah SAW, bersabda Nabi SAW : “Tiada beriman sesaorang kamu, sehinggalah ia mencintai saudaranya sama seperti ia menyintai dirinya sendiri.”
Mengapa cepat pula mereka meminggir diri...sedang berita gembira ini belum sempat saya kongsikan bersama-sama.
Doa kita sudah makbul
Doa kita sudah diperkenankan Allah
Alhamdulillah. Segala puji bagiNya yang membantu tatkala manusia menggunakan nafsu untuk mengemudi akal, dan kebencian untuk mengawal perbuatan. Sepertinya Allah memberikan cahayanya dalam manusia-manusia rakus sebelum ini yang enggan sujud patuh pada yang Esa. Yang berani-berani melanggar akta maktub kitabNya.
Tapi perkabaran ini nyatanya tidak kesampaian pada sahabat-sahabat gua. Ingin sekali saya menyusun sepuluh jari seribu kemaafan jika terguris hati sahabat-sahabat gua sehingga begini pemutusannya.
Saya masih disini.
Dan saya pasti buhul tali Allah yang berselirat dan bercabang-cabang akan tercantum semula. Moga doa kali ini juga dimakbulkan Allah. Agar Din Allah dapat dilaksanakan dengan penuh berkah dan rahmatNya.
Kecewa itu pasti.
Tapi mengundur itu mustahil.
Terlalu banyak kita tempuhi bersama, dan tak ingin sekelumitpun untuk membuangnya begitu sahaja.
Saya di sini.
Masih

Sunday, July 25, 2010

Tahun Kebangkitan

Bismillah..
Entri kali ini sangat ringkas dimana Chrysalis sekadar meletakkan titik penyimpan data untuk arkib Chrysalis dimasa-masa akan datang.

Hampir setahun Chrysalis tidak menulis dalam 'Catatan Kebenaran'. Ini kerana dalam khidmatan pada Allah, Chryaslis tempuhi jalan mendaki yang punyai beberapa fasa dalam klasifikasi sudut pandang Chrysalis.
Chrysalis lalui beberapa fasa dalam tempoh 7 bulan tahun 1431H / 2010 ini.

Fasa Pertama (January-April 2010)
Fasa yang boleh Chrysalis gambarkan seperti sebuah fasa yang merundum. Fasa di mana Chrysalis melalui krisis tingkat iman yang bercelaru apabila perjuangan dakwah melalui jalan-jalan kelam. Juga dari sudut peribadi melalui fasa penggoncangan kepercayaan keluarga terhadap Chrysalis akibat perbuatan jahil manusia.

Fasa Kedua (April-May 2010)
Fasa ini pula eloklah dikategorikan sebagai fasa ‘bertapa’ dimana Chrysalis kurang berhubung dengan sahabat/rakan lain sepertimana selalunya. Fasa ini dilakukan atas dasar sifat chrysalis (Chrysalis adalah seperti seekor beluncas, berubah menjadi seekor 'pupa' yang berselubung sebelum bertukar menjadi rama-rama). Dalam fasa ini Chrysalis akan lebih banyak mendiamkan diri dan memperhati (dari perspektif human behaviour,penulisan dan dakwah2 luar). Juga sangat kritis dalam mencari input untuk memperbaiki iman diri dan prestasi dakwah yang merundum dalam fasa pertama.

Sekarang Chrysalis sedang menempuh Fasa Ketiga. Dimana fasa ini sedang dalam kala yang belum boleh diukur kira dan disimpulkan lagi.

' Catatan Kebenaran ' bukanlah satu diari.

Makanya pengolahan blog ‘Tahun Kebangkitan’ ini berkonsepkan perkara yang sangat asas dan sangat ringkas. Cuma dirungkai dalam entri blog untuk tatapan Chrysalis bertujuan untuk penambah baikan diri dan juga para sahabat yang berkemungkinan juga melalui fasa-fasa seperti diatas di dalam jalan dakwah.

Moga ini menjadi satu question mark di dalam otak bila akal bercampur baur dengan nafsu akibat berjauhan dengan qalam Allah.

Insyallah.

03:09am 13 Sya'ban 1431H

Ahad, 25 July 2010