Saturday, November 19, 2011

5 yang Terawal


Sudah berbulan-bulan lamanya saya tidak menulis. Petanda saya dihambat acara-acara langsung yang menggunakan masa-masa santai saya yang tidak dapat saya simpankan sedikit ruang pun untuk menulis. Bukan lah ibadah yang haq tapi satu ketagihan baru saya dalam online games yang agak melampau. Hehehe. Alasannya? Kerana keyboard laptop saya sudahpun rosak, ditekan A atau S maka akan terkeluarlah infiniti AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA........... dan hanya akan berhenti jika saya menghentak keyboard itu separuh tenaga saya. Lalu, saya kini bergantung sepenuhnya pada external keyboard Dell yang gabak dan akhirnya, aktiviti komputer saya akan saya terhadkan kepada penggunaan  mouse semaksima boleh, sebab itu online games menjadi pilihan utama saya kini. Pathethic. Saya tahu. :D lalu, tanpa idea yang banyak dan fikiran panjang untuk berkarya, saya ingin berkongsi satu kisah yang haq yang jarang2 sekali kita sedari atau ingati (sebagai seorang muslim)...kudos kepada penyampai yang berkongsikan sejarah ini pada saya bulan lalu. Semoga sedikit sebanyak berguna kepada antum sekalian untuk terus berjuang dalam rangka ibadah 42:13 ini..


As-Sabiqun al-Awwalun (Arab: السَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ) adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar, mereka semua sewaktu masuk Islam berada di kota Mekkah, sekitar tahun 610 Masehi pada abad ke-7.
Mula-mula baginda melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat,pengasuh dan budaknya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam.Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya,dan Ummu Aiman, pengasuh Muhammad sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu masuk yang lainnya. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut sejarah Islam, putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau 22 yang masuk Islam. Syaikh Al-Albani mengatakan: "Lelaki dewasa dan merdeka yang pertama kali beriman adalah Abu Bakar, dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib,dari kalangan budak Zaid bin Haritsah.
Dakwah secara siriyyah ini dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan setelah orang Islam berjumlah 40 orang, maka turunlah ayat
     “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
      [Asy-Syu’ara, 26:214]

dan juga pada ayat,
      “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.Sesungguhnya kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).
 [Al-Hijr ayat 15:94-95]

Yang termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun adalah sebagai berikut:
        Khadijah binti Khuwailid
        Zaid bin Haritsah
        Ali bin Abi Thalib
        Abu Bakar Al-Shiddiq
        Bilal bin Rabah
        Ummu Aiman
        Hamzah bin Abdul Muthalib
        Abbas bin Abdul Muthalib
        Abdullah bin Abdul-Asad
        Ubay bin Kaab
        Abdullah bin Rawahah
        Abdullah bin Mas'ud
        Mus'ab bin Umair
        Mua'dz bin Jabal
        Aisyah
        Umar bin Khattab
        Utsman bin Affan
        Arwa' binti Kuraiz
        Zubair bin Awwam bin Khuwailid
        Abdurrahman bin Auf
        Sa'ad bin Abi Waqqas
        Thalhah bin Ubaidillah
        Abdullah bin Zubair
        Miqdad bin Aswad
        Utsman bin Mazh'un
        Said bin Zayd bin Amru
        Abu Ubaidah bin al-Jarrah
        Waraqah bin Naufal
        Abu Dzar Al-Ghiffari
        Umar bin Anbasah
        Sa’id bin Al-Ash
        Abu Salamah bin Abdul Asad
        Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam
        Muawiyah bin Abu Sufyan
        Yasir bin Amir
        Ammar bin Yasir
        Sumayyah binti Khayyat
        Amir bin Abdullah
        Ja'far bin Abi Thalib
        Khabbab bin 'Art
        Ubaidah bin Harits
        Ummu al-Fadl Lubaba
        Shafiyyah
        Asma' binti Abu Bakr
        Fatimah bin Khattab
        Suhayb Ar-Rummi
Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, dan Bilal bin Rabah, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy, kecuali Bilal bin Rabah.
Pada awalnya golongan ini hanya terdiri dari kaum miskin dan lemah, kemudian setelah menempuh waktu semakin bertambah dan masuk beberapa orang dari lapisan golongan masyarakat, yang terdiri dari pemuka adat, pemimpin suku, panglima perang, ibu rumah tangga, anak-anak, majikan, saudagar,pengusaha, pedagang, petani, peternak binatang, pelayan rumah tangga, orang merdeka, budak.
Tugas As-Sabiqun al-Awwalun yang Salaf, memiliki beberapa tugas penting yang harus diemban mereka. Tugas itu meliputi:
1.              Bertauhid (mengesakan Allah),
2.              Beriman kepada malaikat, rasul, kitab-kitab, takdir
3.              Menegakkan salat,
4.              Menunaikan zakat,
5.              Melakukan keadilan,
6.              Melakukan amal kebaikan,
7.              Meninggalkan kekejian,
8.              Meninggalkan kemungkaran,
9.              Meninggalkan kezaliman,
10.          meninggalkan penyembahan berhala,
11.          Berhala harus dihancurkan,
12.          Melarang kemusyrikan,
13.          Darah tidak ditumpahkan,
14.          Tak ada jiwa yang dibunuh kecuali krn kebenaran,
15.          Jalan-jalan tetap aman,
16.          Tali silaturahmi terus dijalin,
17.          Menjunjung kemerdekaan manusia,
18.          Mencegah keburukan,
19.          Mempertahanan bela agama,
20.          Menyebarkan secara diam-diam agama yang dibawa oleh Muhammad.

Menurut kepercayaan Islam, As-Sabiqun al-Awwalun akan mempunyai tempat tinggal yang mulia, Surga Jannatun Na'im.
      “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar
[At-Taubah ayat 9:100]
 Diperkuat oleh dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan muslim dan lain-lainnya, dimana Muhammad bersabda
 “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”
Menurut beberapa hadits yang shahih, agama Islam dikatakan pertama kali muncul dalam keadaan terasing, kemudian akan kembali menjadi asing sebagaimana semula ajaran Islam itu datang. Sementara itu orang disekelilingnya telah menjadi rusak secara aqidah dan mereka akan memusuhi ajaran Islam itu sendiri.
Pernyataan didasari beberapa hadits berikut dibawah ini:
Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan  asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."
  "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang mengikuti mereka."
  "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak."

Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemeluk_Islam_pertama&oldid=3821691"

Wednesday, June 29, 2011

Keluhan Rindu Nabi Muhammad S.A.W


Berkongsi sebuah kisah yang sangat-sangat menyedarkan saya betapa bersyukurnya saya berada di zaman yang hampir-hampir sahaja sama seperti zaman jahiliyyah dahulu......terima kasih Muhammad kerana kepercayaan dan kasih sayang mu yang tidak berbelah bagi kepada umatmu....

Suasana di majlis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Saidina Abu Bakar.
Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan demikian.
Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai.
Wajahnya yang tenang berubah warna.
"Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? " Saidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.
"Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.
"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum.
Kemudian baginda bersuara, "Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasulullah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."

Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan 'ikhwan' baginda: "Siapakah yang paling ajaib imannya?" tanya Rasulullah.
"Malaikat," jawab sahabat.
"Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa hampir dengan Allah," jelas Rasulullah.
Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, "Para nabi."
"Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka."
"Mungkin kami," celah seorang sahabat.
"Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kau," pintas Rasulullah menyangkal hujah sahabatnya itu.
"Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih mengetahui," jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.
"Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku," jelas Rasulullah.
 "Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu.
Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu....

Monday, June 13, 2011

PTPTN dan jaminan perjalanan


Bismillah ...

Tajuk cliche namun benar-benar terjadi pada diri saya. Ya dengan ketentuanNya lah saya dan ibu bapa memilih untuk mengambil pinjaman pendidikan PTPTN hampir 7 tahun yang lalu. Kerana keluarga tidak mampu untuk membiayai kos2 perbelanjaan di universiti memandangkan bilangan ahli keluarga saya yang agak ramai.


2004- setelah berjaya menamatkan pengajian diploma, saya melanjutkan pula pengajian ke peringkat degree.

Bermula di tahun 2005. Semester pertama sahaja saya telah dikejutkan dengan berita oleh kawan-kawan sekelas dimana PTPTN sudah mula menuntut kami membayar semula pinjaman yang diambil secara bulanan.

Masakan?!

Nafas masih tercungap, gigi bongsu belum tumbuh, sudah dituntut membayar ansuran?



Lalu kami beramai-ramai ke pejabat PTPTN di Jalan Semantan. Menaiki kereta kancil Silver seramai 5 orang. Minyak kereta di tong-tong. Surat permohonan penangguhan bayaran balik kami ditolak. Entah mengapa. Sedangkan surat tawaran degree sudah diusulkan sebagai bukti kami belum bekerja. Yang kami masih menuntut.

Lalu bagaimana?

Buntu tetap buntu.

Lalu saya diantara yang lain mengabaikan tuntutan PTPTN untuk membayar ansuran bulanan dan teruskan pengajian..

2006 saya mula bekerja. Namun tidak tetap. Berhenti, bekerja, berhenti, bekerja. Dan sedikit sekali memikirkan tentang PTPTN.

Sehinggalah pada 2010 waktu dikaunter imigresen di KLIA saya ditahan pegawai waktu pengesahan passport untuk berlepas ke Indonesia. Disitulah bermulanya ‘nightmare’ saya. “Anda disenaraihitam imigresen kerana tunggakan PTPTN”.

Aduh.



Tak dapat digambarkan perasaan hampa dan sangat kecewa.

Mulanya ibu bapa yang saya salahkan. Kerana yang lain yang tidak menyambung belajar bersuka ria di luar negara. Waktu itu saya berhasad dengki. Sangat sakit hati melihat keluarga dan kawan-kawan yang bebas keluar masuk berlepas ke negara-negara jiran.

April 2011, saya ke pejabat PTPTN di KL Sentral atas nasihat para sahabat. (Kudos kepada mereka). Saya meminta penyata tunggakan terkini dan membuat rayuan untuk membuang nama saya yang disenarai hitam PTPTN. Mereka bersetuju dengan syarat= saya mesti membayar sekurang-kurangnya RM3000 sebagai jaminan/deposit.

Gulp.

Satu jumlah yang tidak begitu banyak. Cuma payah untuk dibayar sekelip mata.

Perbandingan tanggungan saya sendiri disana sini. Ini saya akui atas kesilapan tangan dan kependekan akal membuat keputusan 3-5 tahun lalu. Dimana saya punyai sikap “profound in human’s view” atau terlalu memikirkan anggapan orang lain. (rujuk penulisan: Pemutusan Saya Pemuasan Dia) Dimana keputusan yang saya furqankan lebih kepada menurut hawa nafsu dan persepsi manusia, bukan menurut kehendakNya.

Nah, tempiasnya dirasakan kini.

Setelah ke pejabat KWSP untuk mendapatkan penyata akaun saya (akaun 1 dan 2) saya sangat bersyukur. Ya Allah, kenapa saya katakan ini ketentuanNya? Kerana tidak pernah selama saya bekerja disana sini saya memikirkan tentang jumlah simpanan yang saya ada di akaun ke 2 saya. Dan bakinya cukup bukan sahaja untuk membayar RM3000 sebagai deposit tersebut, tapi cukup untuk membayar keseluruhan tunggakan.

Alhamdulillah.

Jika ikut hawa nafsu pasti saya akan mengeluarkan RM3000 sebagai minimum bayaran untuk mengeluarkan nama saya dari senaraihitam. Tapi tidak kali ini. Saya tahu, ini adalah satu jalan untuk saya mulakan pembayaran saya dengan PTPTN dan juga liabiliti2 saya yang lain dengan tenang dan teratur. Biarlah mungkin dilihat rugi atau cetek akal. Itu bukan lagi menjadi wadah saya untuk membuat keputusan dalam hidup saya kini.

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.



[Al An'aam:44]


Saya tidak lagi mahu berada di dalam kesenangan sementara, dan tidak mahu berputus asa sedangkan pintu langit itu masih terbuka luas untuk sekalian umatNya.

4 perkara sahaja yang KWSP perlukan bagi tujuan pengeluaran pendidikan:

1) Salinan I/C

2) Salinan Surat Tawaran dan Perjanjian PTPTN yang disahkan PTPTN (RM90 untuk mendapatkan naskah Salinan dari PTPTN jika salinan asal hilang).

3) Salinan Penyata Tunggakan Terkini yang disahkan oleh PTPTN (dipos pada saya)

4) Salinan transkrip atau sijil diploma/degree (bawa sekali yang original sebagai pengesahan pegawai KWSP).

Hari ini dengan tekad saya ke pejabat KWSP. Mulanya saya tidak bawa copy 2) dan 3) yang dicop. Saya hanya membawa salinan fotostat sahaja. Lalu permohonan saya tidak dapat diproses. Berbekal RM20 saya naik teksi ke pejabat semula dan mengambil semula salinan2 yang dicop asal oleh PTPTN dan kembali ke pejabat KWSP dengan termengah2 dan berpeluh2.

Detik pegawai itu berkata “permohonan diterima, proses ambil 1-2 minggu” hampir-hampir sahaja saya menjerit. Keluar dari pejabat KWSP saya memandang langit dan berbisik
Ive taken your challenge God! Hanya kerana Kau aku lakukan ini semua”.



Tabayyun.

Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya.

Jelas sekali apabila difikirkan logik akal, hanya kerana PTPTN perjalanan saya untuk terokai dunia terbatas. Dan kerana PTPTN jugalah saya sampai disini, melalui itu ini hingga saat ini. Hingga hari ini.

Alhamdulillah jika tidak kerana perjalanan saya disekat, mungkin tidak saya akan sampai ke tanah suci, mungkin tidak sampai saya menimba ilmu haq, mungkin tidak sampai saya disana.

Persisnya saya mungkin ke Venice-tempat idaman saya sejak kecil menyusuri sungai Venice bersama gondola dan iringan muzik jalanan berbiola dan accordion, atau ke Norway berenang bersama whales di lautan biru.

Senyum.

Ketentuan Allah itu rumit. Tetapi janji Allah itu pasti. Hari ini terjumpa sebaris ayat janji Allah pada umat yang berkehendak padaNya:-

Allah berfirman:
"Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya)
[Al Hijr:41]

Apa perlu saya takuti jika Dia telah memberi jaminan sebegini rupa?

Dalam sebuah hadis ringkas berbunyi:-

“Tiada hijrah (ke Madinah) selepas pembukaan kota Makkah, tetapi yang kekal wujud hanyalah jihad dan niat. Apabila kamu diseru untuk berjihad hendaklah kamu menyahutnya,”



[Riwayat Al-Bukhari no.2575, Muslim no.2412]

Imam Al-Nawawi menjelaskan hadis ini dengan menyatakan bahawa umat Islam masih berpeluang mendapat pahala seumpama hijrah dengan menunaikan kewajipan berjihad.

Lalu sekecil-kecilnya jihad saya untuk membaiki diri dan mendekatkan diri padaNya adalah dengan menyelesaikan ‘isu-isu kambing’ semasa ini. Yang saya sendiri telah memilih dan kesannya dirasakan hingga ke hari ini. Bukan sesalan yang perlu saya tegaskan, tetapi pengajaran yang dapat dikongsikan bersama-sama yang lain. Mungkin ada diantara kita menghadapi permasalahan yang sama, jika tidakpun mungkin diberi ketentuan (baik/buruk) dari sudut yang berbeza. Cuma penekanan penulisan hari ini adalah untuk kita sama-sama fikirkan hal yang utama (priority) yang menjadi tujuan kita memilih sesuatu jalan/keputusan itu. Nyatanya priority utama adalah kerana Allah semata. Apabila Allah diberi penekanan utama sebelum membuat keputusan, pastinya pecahan-pecahan priority yang lain akan menjadi baik. Samada untuk diri sendiri, mahupun kepada orang disekeliling kita. Setelah priority dikenalpasti, keputusan/pilihan kita akan lebih menjadi mudah untuk dilakukan. Priority inilah akan menentukan nilai pegangan yang kita pegang/prinsipkan untuk mencapai sesuatu.

Memetik penulisan “Apa itu nilai dan bagaimana ia terbentuk” oleh Saudara Pahrol Mohd Judi, beliau menyimpulkan bahawa masalah manusia bukan tidak boleh berjaya, tetapi masalah sebenar ialah manusia tidak tahu apa itu kejayaan yang sebenarnya.

Seperti mana keyakinan Zaid bin al-Dathinnah terhadap Rasulullah S.A.W dengan mengatakan “aku lebih rela mati dari melihat Rasulullah tercucuk duri”. Bagi kaca mata dunia, kenyataan ini tampak bodoh, tetapi tidak dari kaca mata Islam yang sebenar. Itulah antara kata-kata orang yang yakin. Bukan was-was.

Walaupun hasil titik peluh 7 tahun saya bekerja bakal tiada sekelip mata, namun teringat juga saya ungkapan Affan bin Muslim, “rezeki kita berasal daripada Allah”.

Doa saya untuk diselesaikan permasalahan kambing ini sudah termakbul. Jalan-jalan yang dulu tampak gelap sudah cerah.



Sekali lagi Dia membantu memberi sinar...

Monday, April 18, 2011

Perosak Seluruh Perbuatan Manusia - Riak dan Takbur



Sesungguhnya penyakit yg paling besar serta mematikan yg menimpa hati manusia, serta dapat menjadikan amalan-amalan sia-sia, juga merosak seluruh perbuatan manusia serta melahirkan kekerasan & kekejian adalah ; Riak & Takbur.
Banyak nas-nas yg mencela kedua sikap ini antara lain.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Haritsah bin Wahab:
"Ertinya: Mahukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka ; yaitu setiap orang yg berperangai jahat serta kasar, orang gemuk yg berlebih-lebihan dalam berjalannya & orang-orang yg sombong".
(Hadits Riwayat Al-Bukhari dalam Tafsir surat Al-Qalam 4918 8/530, At-Tirmidzi bab Jahannam 13, Ibnu Majah bab Zuhud 4, Ahmad dalam Musnadnya 2/169, 214 & 4/175-306)

Dan dari Ibnu Mas'ud dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Ertinya: Tidaklah masuk syurga barang siapa yg di dalam hatinya terdapat kesombongan yg sebesar biji dzarah (atom) sekalipun".
(Hadist Riwayat Muslim bab Imam 91 1/93 & At-Tirmidzi bab Al-Birru was-shilah 1998-1999 4/360-361)

Dan dalam satu hadits disebutkan:
"Ertinya: Ada tiga hal yg dapat membinasakan diri seseorang yaitu:
Kekikiran yg ditaati,
hawa nafsu yg diikuti
 serta seseorang yg membanggakan dirinya sendiri".
(Hadits ini disebutkan oleh Al-Mundziry dalam kitab At-Targhib wa Tarhib 1/162 yg diriwayatkan oleh Al-Bazzar & Al-Baihaqi serta dibenarkan oleh Al-Albany)

Said bin Jabir berkata:
"Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, & sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk neraka, hal itu dikarenakan perbuatan baiknya itu manjadikan ia bangga pd dirinya sendiri sementara perbuatan buruknya menjadikan ia memohon ampun serta bertobat kepada Allah karena perbuatan buruknya itu". 
 (Majmu 'Al-Fatawa 10/277)

Menyembah kepada Allah & bersikap tawakal kepada-Nya adalah merupakan ubat penawar utk mencegah kedua penyakit yg buruk ini yaitu Riak dan Takbur.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
"Seseorang yg melakukan riak pd hakikatnya ia tak melakukan firman Allah: (Hanya kepada-Mu aku menyembah), & orang yg bersikap ujub (bangga kepada diri sendiri) pd hakikatnya ia tak melakukan firman Allah: (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) & barangsiapa yg melaksanakan firman Allah: (Hanya kepada-Mu kami menyembah), maka ia telah keluar dari sikap riak, & barang siapa yg melaksanakan firman Allah (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), maka ia telah keluar dari sikap takbur". 
(Majmu Al-Fatawa 10/277)

Oleh karena itulah Ibnul Qayyim berkata:
"Sesungguhnya hati manusia dihadapi oleh dua macam penyakit yg amat besar jika orang itu tdk menyedari adanya kedua penyakit itu akan melemparkan dirinya kedalam kehancuran & itu adalah pasti, kedua penyakit itu adalah Riak dan Takbur, maka ubat dari pd riak adalah: (Hanya kepada-Mu kami menyembah) & ubat dari penyakit takbur adalah: (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)".
(Madarijus Salikin 1/54)


(Disunting dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dg edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal.116-117 bab Buah Tawakal terbitan Pustaka Azzam,Th 1999. Penerjemah Drs Kamaluddin Sa'diatulharamaini & Farizal Tarmizi)

Friday, March 4, 2011

Hargai Diri


Hari pertama menghadiri NLP (Neuro Linguistic Programming) sudah banyak memberikan input-input yang dapat digunakan bukan sahaja dalam diri sendiri, malah untuk keluarga, dan di tempat kerja.

Antara topik yang saya ingin kupaskan disini adalah mengenai ‘penghargaan diri’. Di mana saya sendiri akui, diri saya sendiri sudah lama tidak menerima penghargaan (acknowledgment) dari diri saya sendiri.

Persoalan yang sama ingin saya lontarkan kepada pembaca sekalian.
Bilakah kali terakhir kamu memberikan penghargaan kepada diri kamu sendiri? 

Bagi saya-entah bila, tak tercongak tahunnya.


Setiap manusia punyai matlamat hidup. Ada yang besar ada yang kecil. Ada yang dapat dicapai atau peroleh dalam jangka masa yang panjang, ada yang dapat diperoleh dalam jangka masa pendek. Dan apabila diri masing-masing mempunyai matlamat hidup, pastilah akan terselit gerak hati atau niat untuk mencapai matlamat tersebut. Mungkin tanpa kita sedari, walaupun mungkin kita masih belum mencapai matlamat tersebut, tapi kita ada menyumbang untuk mendekati dan menghampiri matlamat itu samada kita sedari atau tidak. Jadi, selain daripada mendapat penghargaan atau perhatian orang sekeliling kita, adalah lebih baik jika kita memberi penghargaan kepada diri kita sendiri.

Apa pentingnya penghargaan diri sendiri ini?
Memang benar, kita secara semulajadinya menyukai perhatian atau penghargaan dari orang lain untuk membuatkan diri kita terasa dihargai. Tetapi, sedari atau tidak, menghargai diri sendiri adalah lebih telus dan ia dapat meningkatkan semangat kita sendiri.

Kita sering melihat segelas cawan itu separuh kosong lalui menghukum atau menilai kemampuan diri di tahap yang rendah dan melabelkan diri sendiri lemah dan tidak berupaya. Tetapi, mengapa kita tidak melihat gelas tersebut separuh penuh?



Lihatlah apa yang setakat ini yang kamu telah lakukan untuk mencapai ke arah matlamat yang kamu tanamkan pada diri kamu masing-masing?

Lihatlah apa kejayaan dan kemampuan diri yang telah kamu sumbangkan ke arah kejayaan menuju ke matlamat yang kamu idamkan?

Lihatlah apa langkah-langkah yang telah kamu lakukan untuk maju kehadapan setapak demi setapak?




Apabila perkara-perkara kecil itu dihubungkan, subhanallah, ia akan berfungsi sebagai seperti bahan api yang membakar keyakinan diri dan membawa kamu terus maju dengan lebih pantas.

Berkongsilah penghargaan diri ini dengan sahabat-sahabat yang dapat mendengar kisah ini tanpa menilai kamu (secara peribadi mahupun secara luaran kamu) dan dapat juga menghargai kamu. Ketahuilah, berkongsi kisah-kisah kejayaan ini akan dapat memulihkan kembali semangat kamu yang mungkin telah pudar dan merundum.

Juga, jangan lokek dan segan untuk menghargai sahabat-sahabat kamu yang lain walau pun sekecil mana sumbangan dan pengorbanan yang telah mereka lakukan kearah menuju matlamat yang sama atau yang berbeza dari kamu, asalkan ia berupa kebaikan dan berdasarkan lillahita’ala semata. Lihatlah kejayaan mereka tanpa bersikap prejudis atau iri hati. Sedar atau tidak , ia adalah hadiah terbaik yang kamu dapat berikan kepada orang lain sebagai satu balasan kepada kepercayaan dan kejujuran mereka berkongsi kisah mereka dengan kamu…

Dan pastinya, kepada Allah kita sama-sama berterima kasih kerana memberi kita masa dan tempoh untuk mendekatkan diri padaNya dan diberikan kita ilmu dan upaya untuk melakukan langkah-langkah tersebut.

Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
[Saba':1]


Selamat menghargai diri kalian masing-masing!